12.23.2007

Kiat Lolos UMPTN


Ujian masuk perguruan tinggi negeri (UMPTN) memang masih cukup lama. Tapi gak ada salahnya kamu nyiapin diri dari sekarang. Tips berikut ini mungkin ada gunanya buat kamu yang ingin lolos UMPTN.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, dalam acara akbar itu tamatan SLTA/SMU-baik yang baru lulus maupun yang ingin mengulang mencoba keberuntungan lagi karena tahun kemarin tidak lolos atau karena ingin pindah ke jurusan/fakultas/perguruan tinggi lain-akan bersaing mendapatkan kursi di perguruan tinggi idaman.Satu hal yang harus dicatat berkaitan dengan UMPTN adalah makin ketatnya persaingan karena tambah banyaknya jumlah lulusan/peminat (mencapai ratusan ribu) dan relatif tetapnya daya tampung perguruan tinggi negeri (PTN) (hanya puluhan ribu). Keketatan tingkat persaingan ini membuat UMPTN memiliki nilai prestisius. Artinya, lolos UMPTN, apalagi PTN terkenal merupakan prestasi yang membanggakan. Bahkan, ada peserta yang secara ekstrem menganggap lolos UMPTN sebagai awal langkah sukses menapaki salah satu "proses kehidupan" akademik dan karier.

Persaingan dan kiat jitu

Ketatnya persaingan itu harus dipahami peserta UMPTN. Tidak dapat disangkal, sampai saat ini-meski PTS bermutu makin banyak jumlahnya-secara umum PTN tetap menjadi pilihan utama sebagian besar lulusan SLTA/SMU, utamanya jika dikaitkan dengan pertimbangan kualitas dan biaya. Karena itu, agar dapat "melenggang" ke PTN pilihan, seyogianya peserta UMPTN menyiapkan kiat jitu agar mampu meraih peluang yang memang sulit diperoleh atau diciptakan.

Ada beberapa kiat jitu yang dapat diterapkan untuk menembus UMPTN. Kiat itu dikaitkan dengan pertimbangan minat/bakat dan kemampuan peserta, kualitas sekolah, dan nilai pilihan (jurusan/fakultas dan PT). Rumus sederhana yang paling mudah diaplikasikan adalah dengan membandingkan antara jumlah N1 (nilai kemampuan peserta + kualitas sekolah) dengan jumlah N2 (nilai pilihan (jurusan/fakultas + PTN).

Minat, bakat, dan kans lolos

Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Peserta UMPTN yang memiliki minat besar terhadap bidang politik, misalnya, akan pas jika memilih salah satu jurusan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Bakat adalah dasar yang dapat berupa kepandaian, sifat atau pembawaan seseorang yang dibawa sejak lahir. Banyak siswa SLTA/SMU yang sejak awal sudah menunjukkan bakat tertentu. Karena itu, sebaiknya peserta UMPTN mempertimbangkan minat dan bakat yang dimilikinya. Minat yang bersinergi dengan bakat akan merupakan perpaduan yang elegan untuk sebuah pencapaian suatu keinginan.

Namun, pada era seperti sekarang sebaiknya minat atau bakat itu diselaraskan dengan prospek pilihan dan orientasi pasar ke depan. Tidak jarang, semua itu harus direlevankan dengan biaya, kemampuan orangtua, masa studi, dan lainnya. Tentu amat baik jika sebelum menentukan pilihan, peserta UMPTN memiliki proyeksi kebutuhan tenaga saat ia lulus PT. Pendeknya, minat dan bakat harus dilihat secara realistis dengan melihat kenyataan kini dan masa depan.

Amat baik pula jika ketika menentukan suatu pilihan, peserta UMPTN telah memiliki "bayangan" tentang apa yang dapat diperoleh dari pilihannya itu, dan dapat diarahkan ke mana bekal yang nanti dimiliki setelah ia lulus.

Nilai kemampuan
dan prestasi peserta

Kans lolos tidaknya peserta UMPTN dapat diprediksi dengan membandingkan antara (N1) dengan (N2). Penjelasan rincinya: nilai kemampuan peserta (NKP) UMPTN dapat dihitung dengan melihat prestasi di kelasnya. Sebagai patokan dapat digunakan klasifikasi sederhana ini. Siswa yang menempati peringkat
(ranking) 1-3 mempunyai NKP = 1; peringkat 6-10 NKP = 2; peringkat 11 - 15 NKP = 3 dan seterusnya.

Berdasarkan rumus sederhana itu, siswa yang menempati peringkat kedua di kelas dari sebuah sekolah yang alumninya 80 persen diterima di PTN memiliki N1 = 2 (NKP = 1 + NPS 1); siswa peringkat 14 dari sekolah yang alumninya 30 persen diterima di PTN memiliki N1 (NKP = 3 + NPS = 3). Jelas, jumlah N1 siswa yang sama-sama menempati peringkat satu di kelas dapat amat berbeda jika keduanya berasal dari sekolah yang kualitasnya berlainan.

Nilai pilihan, jurusan, dan PT

Nilai jurusan (NJ) dan nilai PTN (NPTN) dihitung dengan mempertimbangkan tingkat kefavoritan jurusan dan PTN tempat jurusan itu berada. Tingkat kefavoritan ini harus diperhatikan karena makin favorit suatu jurusan, makin tinggi tingkat persaingannya. Nilai kefavoritan jurusan ini berbeda-beda untuk tiap PT. Artinya, sebuah jurusan yang sangat favorit di suatu PT belum tentu memiliki nilai kefavoritan yang sama di PT lain. Meski demikian, secara umum berdasarkan survei dan data jumlah peminat, kriteria berikut dapat dipakai sebagai patokan.

Untuk kelompok IPA rangking-isasi-nya adalah sebagai berikut. Jurusan atau Fakultas Kedokteran Umum/Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Ilmu Komputer, dan jurusan-jurusan di Fakultas Teknik umumnya berada di peringkat 1; Teknologi Pertanian, Kehutanan, dan MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) di peringkat 2; Kedokteran Gigi, Biologi, dan Pertanian/Perikanan di peringkat 3; kemudian sisanya seperti Geografi, Kedokteran Hewan (KH), dan Peternakan di peringkat 4.

Sementara itu, untuk kelompok IPS peringkat 1 ditempati Psikologi, Hubungan Internasional, Akuntansi, dan Sastra Inggris; peringkat 2 diisi oleh Hukum, Administrasi Negara, Manajemen, Antropologi, dan Sastra Asing (Prancis, Jepang); peringkat 3 meliputi Sosiologi, Sosiatri. Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Arkeologi, Sejarah, dan Sastra Jerman/Cina; peringkat 4 mencakup Sastra Indonesia/Asia Barat/Daerah dan Filsafat.

Ranking-isasi Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia dikaitkan dengan "kebesaran" usia, serta "status" nasional, regional, dan lokal. PTN yang menempati peringkat satu adalah PTN nasional, terkenal, tua, dan besar. Yang masuk dalam kelompok ini adalah PTN yang dulu tergabung dalam Sistem Koordinasi Antar-Lima Universitas (SKALU), yakni Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Airlangga.

Peringkat dua ditempati PTN regional yang cukup terkenal seperti Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran, Universitas Sumatera Utara, Universitas Brawijaya, dan Universitas Udayana. Sementara PTN semiregional seperti Universitas Sebelas Maret, Universitas Andalas, dan Universitas Negeri Jember. Yang bernilai 4 adalah PTN lokal seperti Universitas Jenderal Soedirman. PTN lain di luar Jawa dan beberapa universitas leburan dari IKIP Negeri.

Dengan melihat ranking-isasi jurusan dan PTN itu dapat ditemukan jumlah N2 atau nilai pilihan seorang peserta UMPTN. Sebagai contoh, jika seorang peserta memilih Jurusan Teknik Elektro di UI, N2 = 2 (NJ T. Elektro: 1 + NPTN UI = 1). Peserta yang memilih FKG UGM memiliki N2 = 4 (NJ KG = 3 + NPTN UGM = 1). Peserta yang memilih Sastra Inggris di UNS memiliki N2 = 4 (NJ S.Inggris = 1 + NPTN UNS = 3), dan seterusnya.

Cara menghitung kans

Kesempatan untuk lolos UMPTN dapat dihitung dengan membandingkan N1 dan N2. Misalnya, ada tiga siswa (sebut saja) Baping, Mita, dan Joko. Baping peringkat tiga di kelas (NKP = 1). Lulusan sekolahnya 90 persen diterima di PTN (NPS = 1). Ia ingin masuk ke Akuntansi (NJ = 1) UI (NPTN = 1). Mita ranking sembilan di kelas (NKP = 2). Alumni sekolahnya 10 persen diterima di PTN (NPS = 3). Pilihan utamanya adalah Kedokteran Gigi (NJ = 3) UNS (NPTN = 3). Joko peringkat satu di kelas (NKP = 1) dari sebuah SMU yang 45 persen lulusannya diterima PTN (NPS = 3). Pilihannya adalah Kehutanan (NJ = 2) UGM (NPTN = 1). Berdasarkan uraian tentang N1 dan N2 di atas, kans ketiganya dapat dilihat pada tabel berikut.

Dengan memperhatikan perbandingan N1 dan N2 mereka, kans Baping dan Mita lebih besar dibanding kans Joko. Karena itu, sebaiknya peserta UMPTN mengusahakan agar nilai N1-nya lebih kecil daripada N2-nya untuk meningkatkan kans lolos. Ibarat petinju, makin tinggi peringkatnya (N1), makin besar pula kemungkinannya untuk menang melawan petinju peringkat di bawahnya (N2). Makin kecil N1-nya makin bagus, makin besar N2-nya makin terbuka kesempatan.

N1 adalah nilai yang hampir pasti karena tidak bisa diubah, sementara N2 adalah nilai yang dapat diubah-ubah dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta. Kans Baping, misalnya, akan makin besar jika ia memilih Akuntansi UNDIP (N2 = 3) atau tetap di UI, tetapi pilihannya Administrasi Negara (N2 = 3). Kans Joko juga bisa ditingkatkan jika ia mengubah pilihannya, misalnya menjadi KH UGM (N2 = 5) atau Pertanian UNS (N2 = 5).

Oleh karena, setiap peserta UMPTN berhak mengambil kelompok IPS yang berarti dapat memilih tiga jurusan/pilihan, ia dapat mengatur agar salah satu pilihannya memiliki kans besar diterima. Ia dapat mengatur, misalnya, agar pilihan satunya tinggi, pilihan duanya sedang, dan pilihan tiganya agak rendah untuk berjaga-jaga.

Satu hal lagi yang harus diingat, ternyata banyak peserta berbasis kelompok IPA yang turut memperebutkan tempat di kelompok IPS dan nyaris tidak terjadi hal yang sebaliknya. Sementara sekarang pemerintah justru memberi kelonggaran pada PT untuk menambah kuota kursi di kelompok IPA. Ini merupakan ancaman serius. Apalagi, secara umum biasanya yang berbasis kelompok IPA memiliki kelebihan dibanding peserta dari kelompok IPS. Peserta kelompok IPS juga boleh mendaftar untuk kelompok IPA, tetapi rasanya akan sangat berat untuk memenangkan persaingan. Berdasarkan data di UGM, misalnya, sebagian besar mahasiswa kelompok IPS adalah lulusan
SLTA/SMU berbasis IPA (A1 dan A2). Untuk itu, sebaiknya peserta mencari informasi tentang jumlah peminat dan daya tampung pilihannya.

Apa yang diperlukan?

Perlukah mengikuti bimbingan tes? Jawabannya bisa perlu bisa tidak. Perlu karena pada bimbingan tes siswa dapat belajar secara pasif (mendengar dan melihat saja, bandingkan dengan belajar sendiri yang menuntut aktivitas dan konsentrasi), dapat mengenali calon saingannya (siswa bimbingan biasanya berasal dari berbagai sekolah), dapat melatih kecepatan dan kebiasaan mengerjakan soal (oleh tentor biasanya diberi trik-trik menjawab soal secara cepat untuk soal-soal UMPTN sebelumnya atau soal yang setipe dengan soal UMPTN), dapat segera mendapatkan solusi jika ada persoalan (bertanya kepada tentor). Namun, bimbingan tes tidak menjadi keharusan bagi siswa yang aktif belajar, punya kemandirian, dan kepercayaan diri.

Yang sebenarnya diperlukan peserta UMPTN tentu saja tidak hanya sekadar N1 yang bagus dan perbandingan antara N1 dan N2-nya yang tepat, ia juga harus memiliki kesiapan mental dan psikologis. Yang diperlukan untuk mengerjakan soal secara tepat dan cepat bukan sekadar kecerdasan atau kepandaian, tetapi juga kesiapan mental dan psikologis, ketenangan dan kematangan emosional serta kemampuan mengalokasikan waktu dan pikiran untuk "membereskan" semua soal.

Tentu saja peserta UMPTN juga tidak boleh hanya menghitung-hitung kans tanpa menyiapkan diri untuk menghadapi ujian. Tidak boleh dilupakan, kadang-kadang faktor nasib ikut berperan. Untuk itu, sebaiknya peserta UMTPN menyiapkan diri secara baik, menentukan pilihan secara tepat, dan selalu berdoa serta mendekatkan diri kepada Yang Maha Memberi agar nasib baik berpihak kepadanya. (artikel dan gambar dikutip dari kompas.com)

Tidak ada komentar: